Nonton TV Lokal Gratis

HANYA GORESAN BELAKA

Sabtu, 27 Desember 2008

'MADAGASCAR: ESCAPE 2 AFRICA', Terdampar Di Afrika

Pemain: Chris Rock, Ben Stiller, Jada Pinkett Smith, Bryceson Holcomb, David Schwimmer, Sacha Baron Cohen
Dalam bagian pertama dikisahkan bahwa Alex (Ben Stiller), Marty (Chris Rock), Melman (David Schwimmer) dan Gloria (Jada Pinkett Smith) terdampar di Madagascar. Dalam usahanya untuk kembali ke New York, tempat asal mereka, keempat penghuni kebun binatang New York ini berusaha memperbaiki pesawat yang rusak.
Celakanya, bukannya kembali ke New York, pesawat yang mereka tumpangi ini malah mendarat di benua Afrika. Di sini Alex sang singa, Marty si zebra, Melman jerapah dan Gloria si kuda nil berkesempatan untuk bertemu dengan teman-teman sejenis mereka. Di sinilah mereka akhirnya menyadari bahwa kehidupan mereka selama ini di dalam kebun binatang amatlah berbeda dengan saudara-saudara mereka yang hidup di alam bebas.
Film sekuel dari film animasi berjudul MADAGASCAR yang diluncurkan tahun 2005 lalu ini masih dipercayakan pada sutradara Eric Darnell dan Tom McGrath. Nama-nama seperti Chris Rock, Ben Stiller, Jada Pinkett Smith dan David Schwimmer pun masih tetap mengisi suara tokoh yang mereka perankan tiga tahun lalu.
Berbeda dengan film yang pertama, yang kedua ini terasa lebih digarap dengan baik terutama dari sisi naskah. Bila sebelumnya film MADAGASCAR hanya dibuat untuk konsumsi anak-anak, maka MADAGASCAR: ESCAPE 2 AFRICA ini masih bisa dinikmati orang dewasa. Humor-humor yang disajikan pun terasa cukup segar dan tak klise.
Namun tentu saja bukan cuma naskah yang diperbaiki dalam film ini. Kualitas animasi yang disajikan pun terasa jauh lebih bagus. Dreamworks agaknya tak main-main soal animasi pada film yang satu ini. Bila dibandingkan dengan bagian pertamanya, hasil animasi komputer yang disajikan di sini jelas sangat jauh berbeda. Gambar terlihat lebih halus dengan ekspresi wajah dan gerakan yang terlihat alami.
Dan soal voice over, kembalinya para pengisi suara di bagian pertama juga makin mengokohkan film yang satu ini. Ben Stiller, Chris Rock, David Schwimmer, dan Jada Pinkett-Smith mungkin sudah tak asing lagi dengan karakter yang mereka bawakan dan ini sangat berdampak pada penjiwaan yang bagus. Meski hanya animasi, namun para tokoh dalam film ini terasa memiliki emosi yang cukup kuat dan meyakinkan.
Terlepas dari bagus atau tidaknya film animasi yang satu ini, yang jelas dari biaya produksi sebesar US$150 juta, film ini berhasil mengumpulkan lebih dari US$344 juta dan sempat menduduki posisi terhormat box office.
(kpl/roc)

'AUSTRALIA', Petualangan Romantis di Benua Australia

Pemain: Nicole Kidman, Hugh Jackman, David Wenham, Bryan Brown
Lady Sarah Ashley (Nicole Kidman) adalah seorang wanita ningrat yang mewarisi Faraway Downs, sebuah peternakan sapi yang sangat luas, di bagian Utara Australia. Semuanya berjalan lancar sampai Neil Fletcher (David Wenham) berusaha merebut peternakan itu dari tangan Sarah.
Neil ingin merebut peternakan Sarah agar peternakan itu bisa menjadi bagian dari peternakan Lesley Carney (Bryan Brown), majikannya. Bila Faraway Downs bisa menjadi milik Lesley maka peternakan diseluruh perbatasan Utara akan sepenuhnya menjadi milik Lesley.
Karena tak punya pilihan lain, Sarah akhirnya menurut ajakan salah satu cowboy (Hugh Jackman) bawahan Sarah yang mengajak Sarah untuk membawa ternak Sarah menuju Darwin dengan harapan ternak ini dapat dibeli oleh pihak militer di Darwin.
Perjalanan sejauh ratusan mil melintasi pedalaman Australia yang ganas itu akhirnya akhirnya jadi petualangan yang tak akan pernah mereka lupakan. Kisah cinta pun akhirnya mewarnai perjalanan panjang dua manusia ini.
Baz Luhrmann, sang sutradara mengambil setting benua Australia di awal tahun 40-an sebagai latar belakang dari film ini. Secara tidak langsung latar belakang sejarah memang memberi efek seolah kisah yang terjadi adalah sebuah kisah nyata walau sebenarnya cerita yang disajikan dalam film ini sepenuhnya adalah sebuah fiksi.
Film epic seperti yang satu ini memang jarang dibuat belakangan ini. Dan dari sekian banyak film produksi tahun 2008 ini, bisa jadi AUSTRALIA ini memang terasa sangat berbeda dan cukup menyegarkan suasana di antara kemonotonan yang ada. Dengan film ini, Baz Luhrmann seolah berusaha mengulang kesuksesan film MOULIN ROUGE! yang dibuatnya di tahun 2001 lalu.
Dan agaknya usaha itu juga cukup berhasil terbukti sejak dilepas 26 November lalu film ini berhasil mengumpulkan tak kurang dari US$57 juta meski hanya dirilis di tujuh negara saja. Kabarnya, 20th Century Fox, distributor yang mengedarkan film ini merasa cukup puas dengan kesuksesan film ini karena angka yang diraih sejauh ini sudah melebihi angka prediksi mereka.
Namun tentu saja kesuksesan film ini juga tak lepas dari kemampuan akting Nicole Kidman dan Hugh Jackman yang tampil dengan baik dalam film ini. Satu yang mungkin agak mengejutkan justru adalah penampilan bintang cilik Brandon Walters yang memerankan tokoh Nullah. Akting bocah berusia 13 tahun ini cukup mengagumkan sebagai seorang bocah keturunan Aborigin yang kehilangan kedua orang tuanya dan akhirnya menjadi anak angkat Sarah.
Anda juga akan dijamu dengan serangkaian gambar-gambar pemandangan indah di daerah pedalaman Australia dengan polesan CGI yang membuatnya jadi makin menarik. Sebagai tambahan, Anda harus menyiapkan energi ekstra karena film ini berdurasi cukup panjang (166 menit). Untungnya alur cerita cukup menarik sehingga tak membosankan. (kpl/roc)

Sabtu, 20 Desember 2008

Awas.....Nonton Film Komedi Romantis Bisa Merusak Hubungan

Peringatan ini mungkin ditujukan pada pasangan yang sedang di mabuk cinta. Karena menurut hasil sebuah survei pasangan yang sedang di mabuk asmara patut waspada terhadap film bergenre komedi romantis. Katanya sih.... hubungan asmara yang sedang dijalin dapat retak akibat tema komedi romantis yang diusung menciptakan harapan yang tidak nyata.Tidak seperti kisah yang berakhir bahagia, film komedi romantis mempunyai plot yang dianggap mustahil. Menurut para peneliti, film-film produksi Hollywood telah menanamkan hubungan yang "sempurna" di kalangan setiap pasangan, dan memperlihatkan hal yang tidak nyata.Film-film itu juga terlalu menyederhanakan proses jatuh cinta tanpa dijalaninya sebuah upaya. Tim peneliti di Universitas Watt, Edinburgh, Skotlandia telah mempelajari 40 film box office yang dikeluarkan antara tahun 1995-2005, untuk menyimpulkan temuannya.Setelah melihat film, mereka menanyakan kepada ratusanorang untuk menceritakan apa itu sebuah hubungan. Psikiater menemukan bahwa pecinta film 'You've Got Mail', The Wedding Partners, serta While You Were Sleeping seringkali gagal berkomunikasi secara efektif dengan pasangannya. Kebanyakan dari mereka berpandangan jika seseorang ditakdirkan bersama pasangannya, maka mereka seharusnya sadar tanpa Anda beritahukan."Kami tahu bahwa bukti-bukti yang kami dapatkan menegaskan media populer memainkan peran penting dalam mengabadikan ide ini dalam pikiran khalayak. Apa yang menjadi masalah adalah ide hubungan yang sempurna menjadi tidak realistis," kata Dr Bjarne Holmes, psikiater yang memimpin penelitian, seperti yang diungkapkannya kepada Telegraph, Selasa, 16/12-2008. (tgh/ly)

Transformers 3 Siap Beredar di Tahun 2011

Belum selesai dibenak kita akan dahsyatnya film handal dari Michael Bay yang fenomenal yaitu Transformers dan akan dilanjutkan dengan Transformers 2: Revenge of The fallen, kini sutradara handal tersebut telah menyiapkan kembali Transformers 3.
Transformers, yang merupakan film produksi dari Di Bonaventura Picture itu sudah menyiapkan kembali tanggal rilisnya untuk film karya Michael Bay di Jerman tanggal 29 Juni 2011 mendatang.Sejauh ini masih banyak perkembangan berita lainnya akan hal robot-robot tersebut, seperti rekanan bisnisnya Paramount Picture atau Dreamworks yang mengatakan kalau film ini masih tahap diskusi mengenai kapan akan diluncurkan.
Sementara itu dikabarkan, film Transformers 2: Revenge of The Fallen akan segera rilis di Amerika tanggal 26 Juni 2009 mendatang, sedangkan untuk Transformers 3 juga akan dirilis pada bulan yang sama tanggal 29 tapi ditahun 2011.So, semakin penasaran dengan aksi para robot-robot itu? tunggu tanggal mainnya hanya dibioskop-bioskop kesayangan Rilekser semua. (FSR/Ezz)

Ip Man, Film Nyata Tentang Pertarungan Bruce Lee

Suka dengan film-film yang diangkat dari kisah nyata? atau mungkin belum pernah lihat pertarungan ketika Bruce Lee bertanding?kalau begitu jangan sampai terlewatkan film terbaru dari Mandarin Films Distribution dalam filmnya Ip Man.
Film ini diadaptasi dari kehidupan nyata Yip Man, juara Wing Chun, gaya ciri khas guru besar legendaries Bruce Lee dan film ini juga menampilkan rekaman-rekaman penting kehidupan Bruce Lee.
Keteguhan Ip atas Wing Chun merupakan contoh klasik akan cinta dan penghargaan terhadap wushu, kebebasan serta semangat seni olahraga tersebut.
Ip Man merupakan konsep, semangat dan cara berpikir yang mempresentasikan bentuk baru film wushu di Hong Kong. Dibintangi oleh Donnie Yen, Simon Yam, Fan Siu-Wong, Lynn Hung, Lam Ka-Tung dan Hiroyuki Ikeuchi serta disutradara oleh Wilson Yip. Dengan taglinenya The celebrated Kung Fu master of Bruce Lee, film ini akan segera beredar mengunjungi bioskop-bioskop kesayangan Rilekser semua, dan jangan ngaku cinta Bruce Lee kalau belum nonton Ip Man. (IMDB/Ezz)

'QUARANTINE', Terjebak Dalam Karantina

Pemain: Johnathon Schaech, Jennifer Carpenter, Joey King, Jay Hernandez, Columbus Short, Marin Hinkle, Rade Serbedzija, Steve Harris, Greg Germann, Denis O'Hare, Andrew Fiscella, Bernard White, Stacy Chbosky, Jermaine Jackson, Sharon Ferguson, Ronnie Lewis Jr.
Reporter televisi Angela Vidal (Jennifer Carpenter) dan cameraman-nya (Steve Harris) ditugaskan untuk meliput kegiatan para petugas pemadam kebakaran kota Los Angeles. Saat datang panggilan tugas untuk para pemadam kebakaran, Angela dan cameraman-nya pun ikut serta ke lokasi.
Sesampainya mereka di sana, ternyata para polisi sudah berada di tempat kejadian tersebut. Diduga ada seorang wanita yang tertular sebuah penyakit yang belum diketahui oleh pihak berwajib. Wanita yang terinfeksi itu kemudian menyerang warga yang tinggal di apartemen itu dan menimbulkan keributan.
Saat berusaha untuk keluar dari apartemen tersebut, Angela menyadari bahwa seluruh apartemen telah di karantina oleh pihak pemerintah. Semua saluran komunikasi termasuk, telepon, TV, dan internet diputuskan sampai batas waktu yang belum diketahui. Benar-benar terisolasi dari dunia luar, Angela dan semua yang masuk di dalam karantina itu harus berjuang untuk bisa keluar dengan selamat.
QUARANTINE ini bisa jadi adalah film remake tercepat yang pernah dibuat. Film aslinya sendiri baru dirilis akhir 2007 lalu dan dalam waktu kurang dari satu tahun remake-nya sudah beredar. Bila Anda sempat melihat versi aslinya bisa jadi QUARANTINE ini tak akan terlalu menarik lantaran sang sutradara memutuskan untuk membuat film ini sama persis dengan versi aslinya.
Untuk sebuah film yang berfungsi untuk menakut-nakuti, film ini tergolong cukup sukses. Keberhasilan ini sebenarnya tak lepas dari trik pengambilan gambar yang seolah-olah diambil dari kamera sang cameraman dalam film ini. Hasilnya, film yang seolah-olah dibuat seperti dokumenter ini jadi terasa lebih nyata meski kadang agak mengganggu juga melihat kamera yang selalu bergoyang-goyang layaknya saat kita melihat video hasil rekaman dokumenter.
Meski cukup sederhana, trik ini sebenarnya cukup ampuh selama Anda membiarkan film ini mengalir dengan sendirinya. Beberapa film dari genre yang sama seperti THE BLAIR WITCH PROJECT dan CLOVERFIELD juga menggunakan trik yang sama untuk mencapai efek ini. Dan bisa disebut bahwa hanya inilah satu-satunya pilar utama film horor arahan sutradara John Erick Dowdle ini.
Dari sisi cerita, bisa disebut bahwa ide dasar film ini sudah basi karena banyak film horor sebelumnya yang juga mengusung ide dasar serupa. Membuat lokasi film tertutup dalam satu area yang tak terlalu luas memang memberikan efek thriller yang cukup kuat. Film-film thriller lain seperti P2 atau SAW juga memanfaatkan 'ruang sempit' ini sebagai senjata andalan untuk memberikan nuansa 'terbelenggu' yang biasanya menimbulkan rasa panik.
Namun tentu saja jangan berharap banyak soal akting para pemainnya. Film dari jenis ini memang tak dibuat untuk pamer kemampuan akting. Selama para pemainnya dapat menampilkan raut muka ketakutan dan mampu menjerit sekuat-kuatnya maka cukup sudah.
(kpl/roc)







Laskar Pelangi yang fenomenal

Dari judulnya pasti temen temen semua udah pada bisa nebak kan? Yup bener banget novel Laskar Pelangi yang fenomenal itu bakalan dibuat film looh. Mudah mudahan filmnya ga kaya film Ayat Ayat Cinta yang rada rada jayus n maksa, hehehehe. Tapi gw cukup optimis lah ama film ini secara sutradaranya itu Riri Riza, dan produsernya itu Mira Lesmana. Klo yang gw tau sih ya, semua film bikinan dua orang sineas itu bagus bagus, ga norak, ga kaya sinetron dehh.
Sesuai dengan yang gw baca di deticom, film ini bakalan mulai tayang pas bulan Ramadhan ini, tepatnya sih tanggal 25 September 2008. Waktu itu pernah bukan website-nya film laskar pelangi di http://www.laskarpelangithemovie.com/, dan waktu itu lumayan banyak screen shot dari film itu, tapi anehnya sekarang ko ga bisa dibuka lagi, malahan cuman keliatan cover bukunya doang.
Jadi, yang berperan sebagai 10 anak laskar pelangi itu anak anak asli pulau Belitong, asli natural banget, idealis tuh produsernya, hehehe. Terus yang jadi Bu Muslimah (Subhanallah nih wanita perkasa yang satu ini) adalah Cut Mini, yang jadi orang tuanya ikal adalah Matias Muchus dan Rieke Dyah Pitaloka. Dan ada lagi Tora Sudiro, tapi bingung juga Tora jadi apa disini, klo menurut gw sih dia jadi Bapak Guru sekolah PN Timah yang dikalahin si Lintang deeh, mungkin yaaa. Abis pas liat screen shotnya ciri cirinya mirip banget ama Bapak Guru itu (lupa nama Bapaknya siapa yah?).
Tapi (ada tapinya nih), ko ada beberapa hal yang mengganjal yah di hati gw pas liat screen shot di website yang td itu. Jadi gini, klo di bukunya Laskar Pelangi itu kan Bu Muslimah diceritakan or digambarkan sebagai seorang muslimah yang shaleha, berjilbab rapi, tapi ko pas liat screen shot filmnya jilbabnya cuman disampirkan aja gitu di pundak, cukup aneh. Kenapa para sineas itu masih malu malu menampilkan islam dengan apa adanya, apa salahnya ya klo di film juga diceritakan jilbabnya Bu Muslimah rapi, menutup semua tubuhnya gitu, toh ga akan mengurangi alur cerita kan. Sama juga dengan Sahara, tokoh perempuan satu satunya dalam 10 orang laskar pelangi, di buku diceritakan Sahara memakai jilbab rapi, tapi pas di screen shot filmnya jilbabnya cuman disampirkan di pundak. Walah walah kenapa gitu yaaah. Buat Bu Mira Lesmana, aku kritik ah, kenapa ga ditampilkan sesuai dengan yang di buku aja? Kenapa malu malu menampilkan wajah kebaikan Islam? Kenapa Islam yang ditampilkan di media selalu mencerminkan Islam yang buruk? Kenapa oh kenapa.
Tapi, dibalik itu semua gw sangat mendukung film ini. Ditengah tengah bulan suci nanti, Insya Allah ada tontonan keluarga yang baik, yang mudah mudahan bisa menambah motivasi kita dalam membangun negeri ini. Amiin. Pelajaran inti yang bisa gw ambil dari novel laskar pelangi ini adalah “Orang orang yang dipandang Zero kadang-kadang justru bisa menghasilkan sesuatu yang tidak terhingga”.
http://hardelina.wordpress.com/2008/08/29/film-laskar-pelangi/trackback

Jumat, 19 Desember 2008

Candoleng-doleng

Tadi malem, tanggal 18 Desember 2008, sekitar jam 9-an gitu iseng-iseng nonton acara ‘Apa Kabar Inonesia Malam’ di TVOne.
Topik yang waktu itu kebetulan gw tonton yaitu masalah tarian erotis di daerah Bone, Sulawesi Selatan, nama tariannya Candoleng-doleng. Jadi ceritanya gini, ada pesta pernikahan salah satu warga, nah tarian tadi itu (Candoleng-doleng) disematkan sebagai salah satu hiburannya, info lengkapnya bisa diliat disini.
Gimana sih bentuk tariannya sampe bisa dibilang erotis segala? Singkat aja, jadi tarian itu parah banget deh, penarinya itu sambil goyang sambil ngelepas bajunya gitu deh, dan parahnya lagi itu tuh dilakukan didepan anak anak kecil. Gw kan liat tuh liputannya, ada beberapa anak kecil gitu di barisan penonton. Masya Allah, parah banget kan, bapak ibunya kemana yaa, ko bisa ya membiarkan anak-anaknya menyaksikan acara yang ga pantas kaya gitu.
Ada lagi hal-hal yang aneh, menurut laporan TVOne, pesta pernikahan yang hiburannya tarian ‘aneh’ itu, dijaga beberapa aparat kepolisian daerah setempat, artinya kepolisian yang mestinya menindak kelakuan - kelakuan aneh itu, malah justru ikutan nonton. Atau ini udah ga aneh lagi ya buat negeri kita tercinta? hehehehehe.
Dan, yang paling bikin gw gregetan pengen cepet cepet nulis topik ini di blog adalah pernyataan komentator yang aneh (dari tadi aneh terus) dan cenderung maksain pendapatnya sendiri. Ga usah gw sebut namanya yah, hehehehe, pokonya beliau itu adalah salah satu aktivis perempuan deh alias feminis. Jadi gini, setelah sang pembawa acara, Mba Tina Talisa melakukan teleconference dengan salah satu penari, Sang Komentator ini dimintai pendapatnya. Kira-kira begini cuplikannya :
- Tina Talisa (T) : Gimana nih mba komentarnya? Menurut mba, apa ini sudah melanggar UU Pornografi yang sudah disahkan oleh DPR?
- Komentator (K) : Oooohh iya, saya kira kalau yang seperti ini sudah termasuk kategori pornografi, karena sudah mempertontonkan tubuh di depan umum. Jadi benar ini sudah melanggar UU Pornografi.
- T : Lalu, bagaimana tanggapan mba, jika mereka berdalih bahwa ini merupakan salah satu bagian dari kebudayaan mereka? Sepertinya dulu mba ini termasuk kelompok masyarakat yang paling keras menentang UU Pornografi dengan alasan budaya Indonesia, gimana mba?
(sampe sini gw bilang, mang enak dulu kemakan omongan sendiri, budaya sih budaya, lah klo budaya yang jelek ngapain dipiara).
Nah, abis itu gw lupa percakapan detilnya soalnya Komentatornya berbelit belit ngomongnya, intinya sih gini :
- K : Ya saya kira, ini bukan merupakan kebudayaan masyarakat setempat, sebab setelah diselidiki ternyata ini bukan merupaka kebiasaan yang turun temurun, jadi ini termasuk pornografi.
Abis itu dia bilang gini lagi :
- K : Sebenarnya hal-hal seperti ini (maksudnya tarian erotis kaya gini) jangan dihapuskan (nah loh, sinting nih orang, pikir gw).
- T : Loh, kenapa mba? ko jangan dihapuskan? Ini kan jelas-jelas termasuk pornografi, mestinya dihapuskan dong mba..
- K : Ya, kita kan tidak bisa mengatur orientasi seksual setiap orang, ada juga orang - orang yang menyukai hal - hal seperti ini, jadi sebaiknya jangan dihapuskan, tapi pelaksanaannya diatur saja
Ini klo menurut gw adalah pendapat maksa. Ya pendapat maksa, opini apapun bakal dikeluarkan untuk membenarkan tindakan pornografi tersebut, padahal itu udah jelas jelas SALAH. Coba klo seandainya anak perempuannya yang jadi salah satu penari itu, boleh ga sama dia? Pasti jawabannya ga boleh deh, alasannya kenapa ga boleh? Ya karna itu ga sopan mempertontonkan tubuh gitu aja di depan umum, karna itu ga bener, karna itu SALAH, menyalahi norma agama, lalu kenapa sekarang dia malah bilang JANGAN DIHAPUSKAN, kenapa? jawabannya adalah karna dia adalah orang munafik, ya tadi itu, apa aja akan diusahakan untuk menjegal orang-orang yang ingin menegakkan kebenaran dengan cara menghapus pornografi. Weiss jadi emosi nih, hehehehe. Lanjut yaaaa…….mariiii…………
- T : Diatur bagaimana mba? (Mba Tina suaranya sudah mulai tinggi, tandanya dia ga setuju ama pendapat komentator)
- K : Ya diatur saja agar tarian - tarian semacam itu jangan sampai dipertontonkan di depan orang banyak, jangan sampai dilihat anak - anak dibawah umur.
- T : Jadi, menurut mba, orang dewasa layak menonton tarian - tarian semacam ini?
- K : OO iya, kita kan tidak bisa memaksakan orientasi seksual masing - masing orang (hihihihihi, kocak nih orang, coba klo suaminya sendiri yang kaya gitu, maksudnya suka nonton tarian - tarian aneh kaya gitu, pasti dia sedih, marah, ga mungkin kan dia bilang “Ya sudahlah suamiku aku kan tidak bisa memaksakan keinginan seksualmu, ya sudahlah sana pergi lagi nonton”, ga mungkin banget).
Hhhh, itulah kenapa gw begitu gregetan nulis topik ini. Karena pengen memberikan pendapat aja, oo iya sama melampiaskan kekesalan atas pendapat - pendapat Komentator tadi aja, mohon maaf kalau ada kata - kata yang kurang berkenan. Untuk yang cuplikan percakapan tadi, yang didalam tanda kurung adalah murni pendapat pribadi.
Akhirnya bisa diambil kesimpulan seperti judulnya, Kebenaran Itu Mutlak. Mutlak dari Allah, biarpun kita manusia - manusia lemah, yang suka berbuat dosa ini, dengan cara apapun membolak balikan kebenaran dari Allah (seperti tadi si mba komentator), tapi hati kita yang bicara, fitrah kita sebagai manusia yang bicara, apakah yang kita bolak balik tadi itu benar atau tidak, tanyakan pada hati nurani kita masing - masing, contohnya kasus tadi aja. Iya, hati kita yang bicara, karena apa? Karena hati kita itu ciptaan Allah, dan setiap kebenaran yang berasal dari hati adalah karena Allah. Semoga kita selalu diberi kekuatan oleh Allah untuk senantiasa menuntun hati kita ke arah kebenaran.
Diterbitkan di:
Generalon Desember 19, 2008 at 4:32

'THE DAY THE EARTH STOOD STILL', Nasib Bumi di Tangan Makhluk Luar Angkasa

Pemain: Keanu Reeves, Jennifer Connelly, Kathy Bates, Jon Hamm, Jaden Smith, John cಲೀಸ್
Klaatu (Keanu Reeves) adalah makhluk luar angkasa yang mendarat di Washington DC bersama Gort, sebuah robot canggih, dengan sebuah pesawat ruang angkasa. Pada saat baru keluar dari dalam pesawat, Klaatu ditembak oleh tentara yang merasa terkejut dengan kemunculan pesawat aneh ini.
Untungnya Gort kemudian datang dan melelehkan senjata para tentara yang ada di sana tanpa melukai seorang pun yang ada di lokasi tersebut. Ternyata, Gort memang tak pernah bermaksud melukai siapa pun. Gort hanya bermaksud melindungi Klaatu.
Klaatu kemudian dibawa oleh para tentara ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Saat berada di rumah sakit, Klaatu kemudian memutuskan untuk melarikan diri agar dapat membaur dengan penduduk planet Bumi ini.
Klaatu kemudian bertemu dengan Helen Benson (Jennifer Connelly) yang kemudian mengajak Klaatu untuk berkeliling kota. Helen awalnya tak menyangka bahwa Klaatu adalah makhluk dari planet lain. Namun seiring kedekatan mereka, Helen mulai curiga dan meminta penjelasan pada Klaatu.
Klaatu akhirnya membuka rahasia dan menyampaikan maksud kedatangannya ke Bumi. Klaatu dan Gort adalah makhluk luar angkasa yang bertugas memutuskan apakah sebuah planet harus dihancurkan atau dibiarkan tetap ada.
Remake dari film berjudul sama yang dilepas sekitar tahun 1951 ini mencoba mengusung tema yang mirip dengan WAR OF THE WORLD. Scott Derrickson, sang sutradara, berusaha untuk tetap konsisten terhadap naskah asli dari film yang dulunya diadaptasi dari sebuah cerita pendek karya Harry Bates.
Dari waktu ke waktu, film dari genre fiksi ilmiah memang sering kali dijadikan sebuah 'kamuflase' untuk menyamarkan pesan moral atau politik yang sebenarnya ingin disampaikan. Dan dalam beberapa kasus, pesan tersebut memang tersampaikan dengan baik seperti pada versi original dari film ini. Di saat itu, isu mengenai perang dingin dan penghancuran umat manusia dengan nuklir memang sedang gencar-gencarnya. Dan film ini mencoba menyelipkan pesan-pesan moral ini lewat metafora yang terwujud dalam alur kisah film ini.
Yang jadi masalah pada versi tahun 2008 ini adalah bahwa isu itu sudah bergeser dan tak lagi relevan dengan kondisi saat film pertama dibuat. Konsekuensinya memang sang sutradara harus membuat sedikit penyesuaian agar tak terasa janggal. Dan anehnya di sini Scott Derrickson malah berusaha membuat film ini 'sedekat mungkin' dengan naskah film versi tahun 1951 meski sebenarnya ada beberapa detail yang mulai diubah. Hasilnya, film ini jadi terasa janggal dan tak sesuai dengan kondisi saat ini.
Untungnya, dari sisi visual film ini cukup 'menyenangkan' tentunya ini hasil dari para pakar efek visual yang berdiri di balik pembuatan film ini. Walaupun begitu, untuk menyebut efek visual yang disajikan film ini sebagai sesuatu yang benar-benar fresh mungkin agak sulit. Beberapa film sebelumnya sebenarnya juga menyajikan efek visual yang tak kalah hebatnya.
Pemilihan Keanu Reeves sebagai pemeran Klaatu memang tepat. Wajah Keanu yang memang terlihat seolah tanpa emosi rasanya pas sekali memerankan tokoh Klaatu yang sebenarnya adalah robot. Namun akting Jennifer Connelly yang memerankan Helen Benson juga tak bisa dianggap remeh. Sebenarnya, film ini cukup enak untuk dinikmati selama Anda tak terlalu mementingkan pesan moral yang dibawa oleh kisah fiksi ilmiah ini.
(kpl/roc)

'TRANSPORTER 3', Merangkai Laga Dengan Cerita

Pemain: Jason Statham, Francois Berleand, Robert Knepper
Frank Martin (Jason Statham) mau tak mau harus menjalankan tugas yang diberikan kepadanya meski kali ini tugas itu jauh lebih tinggi resikonya. Frank harus mengantar paket ke tujuan yang belum jelas sementara di saat yang sama Frank juga harus mempertaruhkan nyawa lantaran di pergelangan tangannya di pasang gelang yang akan meledak jika ia berada di lokasi yang terlalu jauh dari mobilnya.
Kali ini paket yang harus diantarkan Frank adalah seorang gadis bernama Valentina (Natalya Rudakova). Valentina adalah putri seorang politisi kuat di sebuah negara di benua Eropa. Valentina diculik komplotan mafia dan memaksa Frank untuk mengantarkan ke sebuah lokasi yang akan dijelaskan saat Frank sudah berada dalam perjalanan.
Dalam perjalanan panjang yang berbahaya ini Frank tidak hanya berusaha untuk tetap 'dekat' dengan mobilnya namun juga harus menghindar dari orang-orang yang dikirim Leonid Vasilev (Jeroen Krabbe), ayah Valentina yang berusaha menggagalkan misi Frank.
Installment ketiga dari TRANSPORTER ini masih mengusung cerita yang tak jauh berbeda dengan dua film sebelumnya. Ide cerita yang diusung pun bisa dikatakan jauh dari kata fresh. Beberapa film lain dari genre film laga juga mengusung alur cerita yang kurang lebih sama meski dengan beberapa bumbu yang membuatnya sedikit saja beda.
Jadi, satu-satunya pilar film ini adalah aksi laga tanpa henti yang memang jadi suguhan utama film ini. Dari awal hingga akhir bisa dibilang hanya suguhan full action saja yang disajikan film ini. Bahkan saking inginnya menyajikan aksi laga yang spektakuler, sang sutradara sampai mengabaikan konsep ketaatan pada logika yang mau tak mau sebenarnya harus menjadi dasar sebuah film.
Bila Anda teliti atau meluangkan sedikit waktu untuk 'meneliti' tiap-tiap adegan, Anda pasti akan menemukan banyak sekali kejanggalan yang membuat alur cerita film ini jadi kehilangan pijakan. Setidaknya Anda akan merasakan bahwa beberapa adegan, alur cerita atau penokohan jadi tak masuk akal.
Singkatnya, bisa dibilang bahwa alur cerita film ini hanya dibuat untuk menyatukan serangkaian aksi laga yang disajikan film ini sementara dari sisi akting, para pemainnya juga tak terlalu meyakinkan. Entah karena naskah yang buruk atau para aktor yang tak mampu 'menghidupkan' dialog, tapi ada kesan bahwa para aktor hanya sekedar membaca naskah yang telah disusun sebelumnya.
Tapi meskipun begitu, toh film yang diedarkan Lionsgate ini berhasil masuk jajaran 10 besar film-film box office dan telah mengantongi tak kurang dari US$29 juta sejak diedarkan 26 November lalu. Kabarnya film ini dibuat dengan biaya sekitar US$45 juta. (kpl/roc)












Sabtu, 06 Desember 2008

'MAX PAYNE', Antara Dendam dan Tugas

Pemain: Mark Wahlberg, Mila Kunis, Beau Bridges, Ludacris
Max Payne (Mark Wahlberg) adalah seorang petugas kepolisian yang istri dan anaknya dibantai oleh mafia obat-obatan terlarang. Tiga tahun setelah kematian keluarganya, Max masih menyimpan dendam pada orang-orang yang telah menghabisi keluarganya itu.
Di saat yang sama, Max kemudian ditugaskan untuk menyusup ke dalam organisasi kejahatan yang mengatur perdagangan obat terlarang yang disebut Valkyr. Saat bertugas inilah, Max mendapat pesan untuk bertemu dengan Alex Balder (Donal Logue) di stasiun kereta api.

Saat Max baru saja bertemu Alex, tiba-tiba saja seorang penembak gelap menembak mati Alex. Max yang berada di lokasi saat penembakan kemudian menjadi tersangka utama pembunuhan ini. Di saat yang sama, pihak mafia juga menyadari bahwa Max adalah petugas kepolisian yang menyamar.
Merasa terjebak, Max kemudian melakukan penyelidikan terhadap kasus pembunuhan ini. Saat mencari Jack Lupino (Amaury Nolasco), orang yang bertanggung jawab atas perdagangan obat terlarang, inilah Max kemudian bertemu Mona Sax (Mila Kunis) yang punya alasan sendiri untuk memburu Jack Lupino.

Film yang diadaptasi dari video game selalu menghadapi masalah yang sama. Bila alur cerita terlalu melenceng dari sumber aslinya, para fans video game tak akan puas dengan film ini tapi bila jalan cerita dibuat sedekat mungkin dengan sumbernya, para penonton yang non-gamer yang akan protes keras.
Dalam video game, karakter memang tak terlalu dibuat detail dengan harapan, pemain bisa cepat menerima peran yang ia bawakan. Di samping itu menu utama yang disuguhkan game adalah pengalaman memainkannya, bukan menontonnya.
Hal yang sama juga dialami film MAX PAYNE ini. Film ini mengusung banyak unsur 'kebetulan' yang membuat alur keseluruhan cerita menjadi sedikit konyol. Malah bisa dibilang semua petunjuk yang membawa Max Payne pada pembunuh keluarganya seolah-olah sudah tersedia dan seharusnya semua orang termasuk pihak kepolisian sudah menyadarinya. Ini membuat alur cerita jadi sedikit tak masuk akal. Agaknya sang sutradara berusaha untuk membuat film ini sedekat mungkin dengan sumber aslinya sehingga malah membuat jalan cerita jadi sedikit lemah.

Masalah alur cerita ini makin diperparah dengan naskah yang kedodoran dan akting yang tak terlalu meyakinkan. Melihat film ini, saya malah diingatkan dengan karakter Bob Lee Swagger yang diperankan Mark Wahlberg dalam film SHOOTER. Keduanya seolah memiliki karakter yang sama persis. Atau memang Mark Wahlberg menjadikan karakter Bob Lee Swagger sebagai landasan untuk menjiwai peran Max Payne.
Bisa dibilang, menu utama yang disuguhkan film ini adalah aksi laga semata. Bila saat pertama kali memainkan game Max Payne saya sempat terpesona dengan unsur slow motion yang disuguhkan game ini, hal yang sama tak saya dapatkan dari menonton film ini. Untuk sebuah game, Max Payne memang tergolong inovatif lantaran memasukkan unsur film ke dalam game. Namun saat unsur itu dibawa kembali ke layar lebar, kesannya jadi biasa-biasa saja. (kpl/roc)

Pemain: Louis Koo, Barbie Hsu, Liu Ye, Nick Cheung

Tak ada orang yang tahu apa yang akan terjadi pada dirinya dan kadang nasib buruk memang tak bisa ditolak. Setidaknya itulah yang dialami Grace Wong (Barbie Hsu) seorang janda beranak satu yang secara tak sengaja menjadi saksi mata pembunuhan.
Grace yang baru saja mengantar putrinya ke sekolah, tiba-tiba saja ditabrak sebuah mobil. Dalam kejadian yang berlangsung sangat cepat tersebut, Grace sempat menyaksikan adegan pembunuhan di depan matanya. Sang pembunuh yang tak mau mengambil resiko lantas menawan Grace dengan maksud menghilangkan jejak.
Saat disekap dalam sebuah rumah, Grace mencoba memperbaiki sebuah telepon yang rusak dan berhasil menelepon keluar. Karena kebetulan pula Grace berhasil menghubungi Bob (Louis Koo) seorang penagih utang yang sedang berada dalam perjalanan.
Awalnya Bob tak percaya saat Grace mencoba memberi tahu pria yang tak dikenalnya ini bahwa ia sedang disekap oleh seorang penjahat. Namun setelah serangkaian pembicaraan, Bob akhirnya percaya dan berusaha mencari lokasi Grace disekap.
Film arahan sutradara Benny Chan ini sebenarnya adalah remake dari sebuah film 'barat' berjudul CELLULAR yang beredar sekitar tahun 2004 lalu. Film ini juga menjadi film Asia pertama yang melakukan remake film barat.
Dalam sejarah, tak banyak film remake yang berhasil menangkap 'roh' dari film original-nya tanpa harus terjebak menjadi sebuah fotokopi. Salah satu film yang bisa dibilang cukup berhasil adalah CONNECTED ini.
Meski alur cerita utama masih tetap sama dengan film original-nya, namun penokohan pada film ini membuatnya jadi lebih 'bisa dipercaya'. Ini tentu saja adalah hasil kreativitas Benny Chan yang mencoba membuat film ini jadi berbau Asia termasuk latar belakang karakternya.
Karakter yang kuat tentu saja tak ada artinya bila tak diimbangi dengan akting yang cukup berbobot juga. Dan dalam hal ini Louis Koo dan Barbie Hsu mampu menerjemahkan naskah film ini menjadi bentuk visual yang meyakinkan. Bahkan bisa dikatakan akting Barbie dan Louis lebih terlihat alami ketimbang Kim Basinger dan Chris Evans yang memerankan tokoh yang sama dalam film CELLULAR.
Yang cukup menarik dari film ini adalah kenyataan bahwa meski Anda sudah melihat film original-nya, 'ketegangan' yang disusun sang sutradara dengan cara berpindah-pindah adegan dari Barbie ke Louis dan sebaliknya tetap dapat dijaga dengan baik. (kpl/roc)

'TWILIGHT', Kisah Vampir Yang Baik Hati

Pemain: Kristen Stewart, Robert Pattinson, Ashley Greene, Peter Facinelli, Elizabeth Reaser, Jackson Rathbone, Nikki Reed, Kellan Lutz, Taylor Lautner, Billy Burke, Cam Gigandet, Rachelle Lefevre, Edi Gathegi
Bella Swan (Kristen Stewart) memang gadis yang 'berbeda'. Ia tak pernah merasa cocok dengan teman-temannya di Phoenix High School. Saat ibunya menikah lagi dan Bella memutuskan untuk tinggal bersama ayahnya di kota kecil Forks, ia tak berharap akan ada perubahan banyak.
Tapi pertemuannya dengan Edward Cullen (Robert Pattinson) yang misterius membuat hidup Bella berubah. Edward tak sama dengan pria-pria lain yang pernah ditemui Bella. Pesona Edward membuat Bella akhirnya jatuh cinta pada pria misterius ini.
Edward memang beda. Ia pandai dan lucu. Ia dapat berlari lebih cepat dari singa gunung. Ia dapat menghentikan mobil berjalan hanya dengan tangan kosong. Dan ia tak pernah bertambah tua sejak 1918. Ia adalah vampir.Tapi Edward dan keluarganya juga berbeda dari vampir lain yang memangsa manusia.
Buat Edward, Bella adalah wanita yang telah ia tunggu-tunggu selama 90 tahun. Namun hubungan asmara ini harus menghadapi masalah saat James (Cam Gigandet), Laurent (Edi Gathegi), dan Victoria (Rachel Lefevre) datang ke kota kecil Forks. Mereka adalah vampir-vampir yang tak segan membantai seisi kota untuk memuaskan hasrat mereka.
Satu lagi film bertema vampir yang dilepas Hollywood. Sutradara Catherine Hardwicke mengambil naskah film ini dari sebuah novel laris karya Stephenie Meyer dengan judul yang sama. Sebenarnya, TWILIGHT ini adalah sebuah film drama romantis yang dilepas untuk konsumsi remaja. Kisah tentang vampir sebenarnya hanyalah bumbu penyedap untuk membuat film ini berkesan beda dari kebanyakan film drama percintaan remaja.
Dan seperti kebanyakan film drama remaja, film ini juga mengusung tema yang sangat sederhana. Bahkan bisa dibilang bahwa tak banyak yang diceritakan film ini selain hubungan asmara antara Bella dan Edward. Kisah tentang vampir di sini sebenarnya tak terlalu punya kaitan yang cukup kuat dengan kisah utama ini. Cerita tentang vampir ini hanya dibuat untuk membuat kisah ini jadi lebih panjang karena konflik antara Bella dan Edward pun sebenarnya tak terlalu banyak.
Dilihat dari sisi penyutradaraan, film ini juga tak bisa dibilang memuaskan. Beberapa adegan terasa sangat panjang tanpa jelas tujuan sebenarnya sementara di sisi lain, banyak karakter yang tak digarap dengan baik sehingga keberadaannya terasa hanya sekedar tempelan saja.
Untuk disebut sebuah kisah asmara yang romantis pun agaknya kurang tepat karena jalinan emosi antara Bella dan Edward juga terasa sangat tipis. Banyak dialog yang terasa janggal dan tak alami sehingga sangat mengganggu kredibilitas jalan cerita secara keseluruhan.
Usaha untuk mendefinisikan ulang vampir pun membuat film ini jadi terasa aneh. Misalnya saja dalam film ini digambarkan kaum vampir ini tak lagi bisa dibunuh dengan cara menikam jantungnya atau membakarnya dengan sinar matahari. Mereka juga tak lagi takut dengan benda-benda suci seperti kayu salib atau air suci. Pendefinisian ulang ini jadi membuat film ini makin sulit dipercaya.

Secara keseluruhan, sebenarnya yang cukup membantu memberi nilai lebih pada film ini hanyalah akting Kristen Stewart yang memerankan Bella. Meski tak akan meraih piala Oscar, namun Kristen cukup mampu menghidupkan karakter Bella sebagai gadis kota besar yang baru saja pindah ke daerah pinggiran.
Terlepas dari bagus atau tidak, nyatanya film ini berhasil masuk jajaran film-film box office dan meraup tak kurang dari US$ 129 juta dari biaya produksi yang diperkirakan hanya sekitar US$ 37 juta saja.
(kpl/roc)

'MY BLUEBERRY NIGHTS', Di Dalam Duka Ada Hikmah

Pemain: Norah Jones, Jude Law, Rachel Weisz, Natalie Portman, David Strathairn, Cat Power
Saat dirundung duka, kadang orang merasa bernasib paling buruk. Namun saat kita meluangkan waktu melihat lebih dalam orang-orang di sekitar kita, masih banyak juga orang yang lebih tidak beruntung dibanding kita sendiri. Setidaknya itulah yang dikisahkan film drama romantis yang satu ini.
Elizabeth (Norah Jones) mendengar kabar dari Jeremy (Jude Law) bahwa pacar Elizabeth pernah kedapatan makan di cafe milik Jeremy bersama wanita lain. Mendengar kabar itu, kontan saja Elizabeth marah besar dan memutuskan meninggalkan pacarnya. Dari beberapa kali pertemuan, Elizabeth lalu menjalin persahabatan dengan Jeremy. Suatu hari Elizabeth memutuskan untuk pergi dari New York untuk memulai hidup baru.
Elizabeth kemudian bekerja di dua cafe untuk menabung agar bisa membeli mobil sendiri. Beberapa kali Elizabeth mengirim kartu pos kepada Jeremy tanpa memberi tahu keberadaannya. Usaha Jeremy untuk mencari lokasi Elizabeth pun tampaknya tak membawa hasil memuaskan.
Di tempat kerjanya Elizabeth bertemu 3 orang, Arnie (David Strathairn) dan istrinya Sue Lynne (Rachel Weisz), dan Leslie (Natalie Portman) yang mengalami masa-masa sulit seperti halnya Elizabeth. Dari ketiga orang ini akhirnya Elizabeth memahami arti kesepian dan kekosongan yang sesungguhnya dan bahwa perjalanannya telah membawa dirinya untuk lebih mengerti dirinya lagi.
MY BLUEBERRY NIGHTS ini bisa jadi contoh sebuah film yang mengembalikan film ke hakikatnya sebagai tontonan. Sepanjang film penonton disuguhi atraksi permainan warna yang benar-benar memukau. Tata warna yang didominasi sentuhan warna orange membuat setiap scene jadi terlihat lebih hidup.
Ini mungkin bukanlah hal yang aneh bila mengingat sang sutradara, Wong Kar-wai, adalah seorang sutradara yang selalu mengekspos keindahan fisik. Film berbahasa Inggris pertamanya ini juga bukan pengecualian. Di samping para pemeran yang notabene 'enak' untuk dilihat, kita masih dimanjakan lagi dengan efek pencahayaan dan pewarnaan yang makin menonjolkan kesan 'keindahan' itu.
Dari sisi cerita mungkin tak terlalu banyak yang bisa dikupas. Film ini berkisah tentang pencarian jati diri para tokoh yang ada dan bagaimana interaksi mereka memberi sisi pandang baru bagi masing-masing tokoh ini. Titik tumpu film ini memang pada sisi visualnya. Bahkan bagi pemandangan yang sebenarnya diambil di lokasi sebenarnya dan bukan di dalam set studio pun seolah terlihat terlalu indah untuk menjadi kenyataan. Soal ini Wong Kar-wai memang jagonya. Ada kesan sensual dan glamor yang tercium kuat dari tiap adegan yang sebenarnya hanya dicapai lewat efek pewarnaan dan sudut pengambilan gambar saja. Seandainya film ini dibuat dengan teknik pewarnaan, bisa jadi efek sensual dan glamor tadi tak akan terlihat lagi.
Menonton film ini ibarat makan kue yang manis. Terasa enak di lidah, memberi sensasi seluruh indera namun pada akhirnya Anda tak akan pernah merasa terpuaskan sampai Anda merasa bosan. Seandainya sisi lain selain visual seperti naskah dan akting lebih digarap, bisa jadi film ini akan menjadi tontonan yang memuaskan mata dan jiwa. (kpl/roc)

'THE CONTRACT', Tak Yakin Bisa Sukses di Layar Lebar

Pemain: Morgan Freeman, John Cusack, Jamie Anderson, Alice Krige, Megan Dodds, Bill Smitrovich, Ned Bellamy
Ray Keene (John Cusack) tak pernah mengira kalau ia harus diburu sekelompok pembunuh bayaran. Awalnya Ray, seorang mantan polisi yang menjadi guru olahraga, hanya bermaksud untuk mengajak putranya Chris (Jamie Anderson) untuk berkemah. Ray ingin hubungannya dengan Chris lebih akur terlebih sejak kematian ibu Chris karena kanker.
Di saat yang hampir bersamaan, seorang pembunuh bayaran bernama Frank Carden (Morgan Freeman) ditugaskan untuk membunuh seorang jutawan. Celakanya Frank terpaksa harus dilarikan ke rumah sakit lantaran terlibat kecelakaan yang membuatnya tak sadar. Frank yang kemudian ditangkap oleh polisi setempat kemudian berhasil 'lolos' dari polisi ketika anak buahnya datang menolong saat Frank akan dipindahkan ke lokasi lain.
Sayangnya usaha ini tak sepenuhnya berhasil lantaran Frank malah terjatuh di dekat Ray dan Chris yang sedang dalam perjalanan menuju perkemahan. Ray yang merasa berkewajiban untuk menyerahkan Frank kembali ke pihak kepolisian mau tak mau harus berusaha selangkah lebih cepat dari anak buah Frank yang sedang berusaha mencari Frank
Tak seperti biasanya, film hasil arahan sutradara Bruce Beresford ini malah dirilis dalam format DVD dahulu sebelum masuk ke layar lebar. Ini cukup aneh bila mengingat ada dua nama besar, Morgan Freeman dan John Cusack, yang sebenarnya bisa jadi jaminan film ini bakalan laris.
Sebenarnya, film ini cukup bagus juga meski sama sekali tak mengusung ide baru. Jalan cerita yang kurang lebih sama sempat ditawarkan oleh film-film sebelumnya namun tentu saja tak sama persis dengan film ini. Untuk disebut sebuah ide cerita yang menarik, sepertinya juga kurang tepat lantaran akhir cerita sudah dapat diperkirakan ketika film baru setengah jalan.
Yang jadi tumpuan film ini mau tak mau adalah kemampuan akting Morgan Freeman dan John Cusack yang memang tak perlu lagi diragukan. Tampang dingin dengan nada bicara yang kadang terdengar sinis dari Morgan membuatnya pas memerankan tokoh pembunuh bayaran sementara tampang John Cusack yang kadang terlihat polos juga tak mengalami kesulitan memerankan Ray Keene. Malah bisa dibilang kedua bintang ini tak mengalami kesulitan apa pun dalam memerankan tokoh yang mereka perankan.
Sayangnya kekuatan yang ada ini jadi terasa sia-sia lantaran sang sutradara dan penulis naskah gagal membangun karakter yang kuat lewat dialog yang harus dibawakan baik Morgan maupun Cusack. Bisa dibilang kedua tokoh utama ini seolah hanya nama tanpa ada wujud yang nyata. Ini memang bukan kesalahan Morgan atau Cusack lantaran keduanya masih terikat pada naskah. Dan sampai di titik ini baik Morgan maupun Cusack sudah memberikan yang terbaik yang mereka mampu.
Secara umum, film ini sebenarnya tak terlalu buruk untuk dinikmati sebagai hiburan, namun dengan sedikit perbaikan pada naskah film ini bisa jadi akan lebih punya taring dan siap mengeruk keuntungan besar. Bisa jadi ini juga yang membuat film ini dilepas langsung ke format DVD. (kpl/roc)

Belajar membuat website » Membuat website itu sangatlah mudah, dapatkan panduannya di sini ! ditunjang berbagai software & full support. daftar segera !! http://www.resepbisnis.com/?id=rohman

John Cena

Flixster - Share Movies
Flixster - Share Movies
Flixster - Share Movies
Flixster - Share Movies
Flixster - Share Movies
BIODATA : NAME : John Cena , Date Of Birth : April 23 1997 , Place Of Birth : West Newbury,Massachuesetts , Film : The Marine